1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menlu Inggris Serukan Myanmar Lanjutkan Reformasi

6 Januari 2012

Pemerintah Myanmar harus melanjutkan janjinya untuk membebaskan seluruh tahanan politik untuk melanjutkan proses reformasi, demikian seruan Menteri Luar Negeri Inggris William Hague usai berkunjung ke Myanmar.

https://p.dw.com/p/13fOe
Menlu Inggris William Hague di MyanmarFoto: Reuters

“Saya terdorong ketika mendengar bahwa pemerintah (Myanmar-red) berencana membebaskan seluruh tahanan politik yang tersisa, kata Hague hari Jumat (6/1)usai konferensi pers yang menandai akhir dua hari kunjungannya ke Myanmar.

Hague adalah Menteri Luar Negeri Inggris pertama yang melakukan kunjungan ke Myanmar sejak negara itu dikuasai junta militer. Hague mengaku optimis dengan prospek Myanmar setelah melakukan pertemuan dengan presiden Thein Sein dan pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi.

“Kini ada sebuah kesempatan untuk merealisasikan mimpi panjang negeri itu, meski masih banyak kerja yang perlu dilakukan“ kata Hague usai melakukan pertemuan dengan tokoh oposisi dan penerima nobel perdamaian Aung San Suu Kyi.

Secara khusus, Menteri Luar Negeri Inggris itu menyerukan pembebasan sekitar 600 hingga 1.000 tahanan politik yang dipenjara oleh junta militer. “Tak mungkin mengatakan sebuah negara adalah bebas dan demokratis jika masih ada tahanan politik. Karenanya penting bahwa para tahanan itu harus dibebaskan“ kata Hague.

Saat bertemu Suu Kyi, Hague memuji penerima nobel perdamaian itu dan menyebutnya sebagai inspirasi dunia, sambil menambahkan “Saya adalah pengagum berat kerja dia (Suu Kyi-red), perjuangan panjang dia untuk kebebasan dan demokrasi“.

Menanggapi itu, Suu Kyi mengatakan “Saya percaya bahwa Inggris dan kawan-kawan kami di seluruh dunia akan mendukung usaha kami untuk membuat mimpi menjadi kenyataan“. Suu Kyi juga memperkuat seruan Hague untuk pembebasan seluruh tahanan politik di negerinya.

Suu Kyi yang kini berusia 66 tahun, baru dibebaskan dari tahanan rumah tahun 2010 lalu, setelah menjalani tahanan rumah selama 15 tahun, karena berani menentang junta militer yang berkuasa di Myanmar. Kini, partai Suu Kyi, yakni Liga Nasional untuk Demokrasi yang sebelumnya sempat dilarang oleh junta militer, juga diperbolahkan ikut dalam pemilihan umum yang akan digelar 1 April 2012.

Suu Kyi sendiri diharapkan akan ikut pemilu untuk memperebutkan kursi parlemen di daerah pemilihan ibukota Yangon. Para pengamat memperkirakan ia akan menjadi pemimpin oposisi di parlemen.

Sejak junta militer menyerahkan kekuasaan kepada sipil pada tahun 2010, perlahan negeri itu berubah. Presiden Thein Sein yang juga merupakan salah satu bekas Jenderal junta, membuka ruang kebebasan dengan membebaskan sejumlah tahanan politik, memperbolehkan Suu Kyi dan partainya mendaftar dan ikut dalam pemilu. Selain itu, ia juga memberi sinyal ingin menjalin komunikasi dengan komunitas internasional. Puluhan tahun di bawah junta militer, Myanmar menjadi negeri yang terisolasi dari dunia.

Andy Budiman

Editor: Handra Pasuhuk