1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

020209 Gaza Luftangriffe

2 Februari 2009

Israel menyerang Gaza sebagai pembalasan atas serangan roket ke wilayah Israel. Senin (02/02), delegasi Hamas dari Gaza dan Damaskus tiba di Kairo untuk membahas gencatan senjata jangka panjang di Jalur Gaza.

https://p.dw.com/p/GlbA
Menlu Livni dan Menhan BarakFoto: AP/DW

Angkatan udara Israel kembali menyerang kawasan selatan dan pusat Jalur Gaza, malam Senin (02/02). Sasaran serangan udara Israel adalah kamp sementara aparat keamanan Hamas serta jaringan terowongan yang menghubungkan Mesir dengan Rafah. Demikian dilaporkan media Israel yang mengutip narasumber di kalangan militer. Sebelum serangan udara, sejumlah pesawat tempur supersonik melintasi kawasan yang dilewati jaringan terowongan. Mendengar suara pesawat tersebut ratusan orang yang bekerja di terowongan bawah tanah dan penduduk setempat melarikan diri dari wilayah itu.

Jaringan terowongan yang menghubungkan daerah perbatasan Mesir dengan Rafah tak hanya digunakan untuk menyelundupkan senjata. Melalui terowongan-terowongan ini juga disalurkan barang kebutuhan shari-hari yang tidak mencapai penduduk sipil akibat blokade Israel terhadap Jalur Gaza. Menurut perkiraan Organisasi Bantuan Inggris Oxfam, blokade Israel menyebabkan warga Gaza menerima kurang dari separuh sembako yang mereka butuhkan. Padahal, sebagai dampak ofensif militer Israel selama tiga minggu, kebutuhan warga makin meningkat. Oxfam juga menyerukan dipenuhinya jaminan kebutuhan akan bantuan darurat. Selain itu, Gaza membutuhkan bantuan untuk membangun kembali sekitar 21.000 rumah yang hancur atau rusak berat.

Sementara itu, ketegangan di pucuk pemerintahan Israel makin memuncak. Debat panas terjadi menyoal langkah selanjutnya yang harus diambil di Gaza. Media Israel melaporkan, tarik ulur terjadi antara Perdana Menteri Olmert yang didukung Menteri Luar Negeri Tzipi Livni di satu pihak dan Menteri Pertahanan Barak di pihak lain. Livni, yang delapan hari menjelang pemilu parlemen mengalami stagnasi perolehan suara menurut jajak pendapat, mendesak dilancarkannya aksi balasan segera dan tidak proporsional atas tiap serangan yang dilakukan kelompok radikal Palestina. Di depan pers Israel Livni menandaskan:

"Saya kira, kita tidak perlu menunggu. Itu tidak benar. Kita harus membalasnya dengan cepat dan kekuatan penuh. Itu adalah satu-satunya cara untuk meyakinkan Hamas, bahwa keseimbangan kekuasaan telah berubah, bahwa Israel akan memakai kekuataannya, walaupun serangan roket tidak mengenai sasaranya. Kita tidak dapat menunggu, kita tak perlu menambah persediaan peluru kendali yang ada."

Sementara itu, Menteri Pertahanan Barak tampak lebih tertarik pada keberlanjutan gencatan senjata dengan Hamas yang dicapai melalui upaya mediasi Mesir. Barak, bekas kepala staf militer dan serdadu yang mendapat penghormatan tertinggi militer, menuduh Livni berbicara mengenai hal yang tidak ia mengerti. Media Israel mengutip Barak yang mengatakan, usulan seperti itu selalu digagas orang yang belum pernah memanggul senjata.

Dinas rahasia Israel menduga, serangan terhadap kawasan selatan Israel dengan empat roket Kassam dan 14 granat mortir tidak dilancarkan oleh Hamas, melainkan oleh salah satu kelompok sempalan Palestina. Serangan tersebut menyebabkan dua tentara dan seorang warga sipil luka ringan. Hamas tetap berupaya menjaga gencatan senjata, demikian menurut informasi Dinas Rahasia Israel. (zer)