1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Israel Kembali Bom Jalur Gaza

29 Januari 2009

Gencatan senjata di Jalur Gaza terbukti amat rapuh. Kedua pihak yang bertikai kembali melanggarnya.

https://p.dw.com/p/GimZ
Tank-tank Israel disiagakan di perbatasan ke Jalur Gaza setelah terjadinya pelanggaran gencatan senjata.Foto: AP

Rabu (28/1) malam angkatan udara Israel kembali membomi sasaran di Jalur Gaza. Jurubicara militer Israel mengatakan, serangan pemboman itu merupakan balasan atas tembakan roket kelompok militan Palestina ke wilayah Israel. Target pemboman angkatan udara Israel adalah sebuah bangunan di dekat Rafah yang diduga bengkel pembuatan senjata. Sebelumnya Brigade Al Aqsa yang merupakan sayap bersenjata gerakan Fatah dari presiden otonomi Palestina, Mahmud Abbas mengaku bertanggung jawab untuk serangan roket tsb.

Sementara itu George Mitchell, utusan Timur Tengah dari presiden AS Barack Obama hari Rabu kemarin bertemu PM Israel, Ehud Olmert di Yerusalem untuk menegaskan posisi politik baru AS di kawasan tsb. Mitchell berlaku sebagai pendengar yang baik dan tidak melancarkan tekanan terhadap mitra bicaranya dari Israel. Setelah pertemuan dengan Olmert, Mitchell mengatakan : “PM dan saya mendisuksikan, bahwa konsolidasi gencatan senjata memiliki arti amat menentukan. Termasuk untuk diakhirnya permusuhan dan penyelundupan senjata serta pembukaan kembali pintu perbatasan. Presiden Obama mengatakan, AS bertanggung jawab menjamin keamanan Israel, dan menghormati haknya untuk mempertahankan diri melawan ancaman serius.“

PM Israel Ehud Olmert dalam pertemuan tsb menegaskan kepada Mitchell, pihaknya akan tetap menutup pintu perbatasan ke Jalur Gaza, hingga Gilad Schalit, seorang serdadu Israel yang diculik warga Palestina dua setengah tahun lalu di Jalur Gaza dibebaskan. Sejauh ini kelompok garis keras Hamas menolak mengkaitkan pembebasan Scahlit dengan perundingan gencatan senjata dan pembukaan pintu perbatasan.

Utusan Timur Tengah dari presiden Obama, George Mitchell yang merupakan tokoh kawakan dalam penengahan di kawasan krisis, menyadari betapa sulitnya situasi di Timur Tengah. Pemerintah Israel saat ini tetap tidak bersedia menjalin kesepakatan maupun perdamaian dengan Hamas. Mereka menghendaki situasi tenang di selatan negaranya, serta manajemen krisis yang berfungsi. Sementara semangat presiden AS, Barack Obama untuk melakukan pendekatan bagi perdamaian Timur Tengah dengan cara yang dinilai agresif, pada dasarnya ditolak oleh kalangan politik Israel.

Mantan dutabesar Israel di AS, Zalman Shoval merupakan salah seorang tokoh politik yang bersikap menolak. Shoval menegaskan: “Menurut pendapat saya, agresivitas dari presiden Obama, yang menegaskan kepentingannya serta niatnya untuk terlibat, jangan sampai menetapkan sasaran yang irasonal, yang ibaratnya membuat satu pihak meledak, yakni mencapai pemecahan final sebuah konflik yang sudah berlangsung ratusan tahun.“

Dalam misinya yang pertama sebagai utusan Timur Tengah dari presiden Obama, Mitchell juga menuruti perintah untuk hanya mendengar. Hari Kamis ini ia akan melanjutkan perjalanan ke Ramallah, untuk melakukan perundingan dengan jajaran pimpinan pemerintahan otonomi Palestina. (as)