1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikPalestina

Gencatan Senjata Israel-Hamas Memasuki Hari Terakhir

27 November 2023

Gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang dimulai sejak Jumat (24/11) diwarnai pembebasan sandera oleh kedua belah pihak. Menjelang akhir gencatan senjata, Hamas isyaratkan bersedia memperpanjang jeda.

https://p.dw.com/p/4ZTJt
Potret pertemuan sandera dengan keluarga di Jerusalem, 24 November 2023.
Foto: Muammar Awad/Xinhua/picture alliance

Gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah memasuki 24 jam terakhir pada hari Senin (27/11/2023), dan kelompok militan Hamas mengaku bersedia memperpanjang jeda, demikian seperti diberitakan oleh AFP.

Puluhan sandera telah dibebaskan oleh Hamas sejak jeda yang dimulai pada hari Jumat (24/11/2023) itu, dan sebagai imbalannya, lebih dari 100 tawanan dari Palestina dibebaskan oleh Israel.

Perhatian kini beralih pada pertanyaan: Apakah gencatan senjata akan diperpanjang sebelum akhirnya berakhir pada Selasa (28/11/2023) pagi waktu setempat?

"Itulah tujuan saya, itulah tujuan kita, untuk melanjutkan jeda ini hingga besok dan setelahnya, sehingga kita bisa terus melihat lebih banyak sandera yang keluar dan memberikan lebih banyak bantuan kemanusiaan kepada mereka yang membutuhkan di Gaza," kata Presiden AS Joe Biden pada hari Minggu (26/11).

Biden mengatakan bahwa ia ingin pertempuran dihentikan "selama para tawanan terus dibebaskan."

"Saya merasa bahwa semua pihak di wilayah itu sedang mencari cara untuk mengakhiri ini sehingga para sandera dibebaskan dan... Hamas benar-benar tidak lagi menguasai Gaza."

Melihat Hancurnya Kota Gaza dari Udara

Hamas isyaratkan bersedia perpanjang jeda

Kelompok militan Hamas telah mengisyaratkan kesediaannya untuk memperpanjang gencatan senjata, demikian menurut seorang sumber kepada AFP. Menurut sumber tersebut, Hamas telah mengatakan kepada para mediator bahwa mereka terbuka untuk memperpanjang jeda selama "dua hingga empat hari".

"Mereka meyakini dapat membebaskan 20 hingga 40 tahanan Israel" selama periode tersebut, kata sumber yang dekat dengan kelompok tersebut.

Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, 50 sandera yang ditahan oleh kelompok Hamas akan dibebaskan dalam waktu empat hari dengan imbalan 150 tawanan dari Palestina dibebaskan oleh Israel. Sebuah mekanisme perpanjangan akan dilakukan jika setidaknya 10 tawanan dari Israel dibebaskan setiap harinya.

Salah satu faktor yang berpotensi memperumit masalah adalah fakta bahwa beberapa sandera diyakini ditahan oleh kelompok lain selain Hamas.

Sementara itu, Israel menghadapi tekanan dari keluarga para sandera, dan juga para sekutunya, untuk memperpanjang gencatan senjata demi mendapatkan lebih banyak pembebasan. Salah satunya datang dari Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna.

Perpanjangan gencatan senjata "akan sangat bagus, membantu dan perlu" sehingga semua sandera, termasuk warga negara Prancis, dibebaskan, ujarnya kepada BFMTV pada hari Minggu (26/11) waktu setempat.

Pembebasan sandera hari ketiga

Pembebasan sandera selama tiga hari berturut-turut telah meningkatkan semangat di Israel. Banyak pertemuan para sandera dan keluarga yang diwarnai air mata. 

Seorang anak perempuan warga negara Amerika Serikat-Israel berusia empat tahun bernama Abigail, yang kedua orangtuanya terbunuh dalam serangan Hamas, adalah salah satu sandera dalam kelompok ketiga yang dibebaskan Hamas pada hari Minggu (26/11).

"Sungguh suatu kebahagiaan bisa melihatnya bersama kami. Namun di sisi lain, sangat disayangkan dia kembali ke kenyataan tidak memiliki orang tua," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

"Dia tidak memiliki orang tua, tetapi dia memiliki seluruh bangsa yang merangkulnya," tambahnya.

Seorang perempuan berusia 84 tahun juga termasuk dalam kelompok sandera ketiga yang dibebasakan Hamas pada Minggu (26/11). Perempuan itu dilarikan ke ruang rawat internsif dalam kondisi kritis "setelah ditelantarkan secara serius," kata pejabat medis.

Total ada 13 sandera yang dibebaskan Hamas di bawah ketentuan gencatan senjata pada hari Minggu (26/11). Sebagai imbalannya, 39 tahanan dari Palestina dibebaskan oleh Israel, yang kemudian disambut oleh kerumunan massa yang melambaikan bendera Palestina dan Hamas.

Secara terpisah, Hamas juga membebaskan tiga warga negara Thailand dan seorang warga negara Rusia-Israel, Ron Krivoy, yang menurut Hamas dibebaskan "sebagai respons atas upaya Presiden Rusia Vladimir Putin" dan "dukungannya terhadap perjuangan Palestina". 

bh/gtp (AFP)