1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Martin Luther King: "I Have a Dream"

4 April 2008

Penerima Nobel Perdamaian termuda yang memperjuangkan persamaan hak warga kulit hitam di Amerika Serikat. Didasarkan pada prinsip perjuangan dari Mahatma Gandhi, ia memilih jalan anti kekerasan.

https://p.dw.com/p/DbYR
Martin Luther King ketika berpidato dalam satu konferensi, 26 Meret 1964Foto: AP

Malam itu, 4 April tahun 1968. Martin Luther King sedang berdiri di balkon lantai 2 Lorraine Motel di Memphis, Amerika. Di motel itu ia dan para pejuang keseteraan lainnya menginap, sebelum berpidato dalam sebuah unjuk rasa akbar untuk kesetaraan.

Namun sebutir peluru mengubah segalanya. Peluru itu bersarang menembus kepalanya. Ia tersungkur dan dinyatakan tewas sejam kemudian.

Salah satu yang paling terkenal dari Martin Luther King adalah pidatonya yang kemudian dikenang sebagai pidato Saya Bermimpi atau I have a dream:

"Saya bermimpi. Suatu mimpi yang berakar dalam di mimpi Amerika sendiri. Saya bermimpi, suatu hari bangsa ini akan bangkit dan menghidupkan arti sejati dari asasnya: Kami meyakini kebenaran-kebenaran ini tanpa syarat: bahwa semua manusia diciptakan setara."

Pidato ini diucapkan di Washington di hadapan lebih dari seperempat juga orang, pada 28 AGustus 1963. "I have a Dream" disebut-sebut sebagai salah satu pidato paling inspiratif untuk perubahan sosial politik umat manusia.

"Saya bermimpi bahwa ke-empat anak saya suatu hari akan hidup di suatu negara yang di dalamnya mereka tidak dinilai dari warna kulit mereka melainkan dari kepribadian dan watak mereka."

Martin Luther King dilahirkan 15 Januari 1929 di sebuah keluarga pendeta Protestan Hitam Amerika. Ia dengan cepat terlibat dalam gerakan pembebasan hak kulit hitam sejak awal. Ia mulai dikenal luas sejak memimpin apa yang disebut sebagai gerakan Bokot Bis Alabama pada tahun 1955. Pemicunya adalah penangkapan terhadaop Rosa Parks, seorang perempuan kulit hitam yang menolak ketika diminta memberikan tempat duduk di sebuah bis kepada seorang lelaki kulit putih.

Saat itu di Alabama dan banyak kota lain Amerika, masih berlaku politik pemisahan berdasar warna kulit. Para penumpang kulit hitam hanya boleh duduk di bagian belakang bis. Martin Luther King mempimpin protes penangkapan itu dalam gerakan Bokot Bis Alabama. Dan inilah salah satu awal dari suatu langkah besar gerakan kesetraaan hak warga kulit hitam Amerika.

"Tak akan ada waktu istirahat, tiada pula ketenangan bagi Amerika. Sampai orang-orang kulit hitam mendapatkan hak-hak kewarganegaraan mereka sepenuhnya. Topan perubahan akan terus mengguncang fondasi Amerika, hingga fajar keadilan menjelang."

Selama hidupnya, Martin Luther King hidup dari satu serangan ke serangan lain, dari ancaman ke ancaman lain. Nyawanya selalu berada di ujung maut. Sampai hari itu benar-benar tiba. Polisi menangkap James Earl Ray yang kemudian mengaku sebagai pembunuh Martin Luther King. Namun kendati dihukum 99 tahun, kasus ini tak pernah terungkap jelas. Begitu banyak teori konspirasi berseliweran. Terutama didasarkan kenyataan, bahwa Dinas Rahasia Amerika terus menerus mengintai Martin Luther King dari waktu ke waktu.

Kematian Martin Luther King 4 April 1968 berbuntut amuk rakyat kulit hitam di sekitar 100 kota besar Amerika. Amukan yang pasti akan dikecam keras Martin Luther King sendiri kalau ia masih hidup. MLK, demikian ia sering dipanggil, secara sadar memilih cara anti kekerasan sebagai bentuk perjuangannya. Didasarkan pada prinsip perjuangan dari Mahatma Gandhi. Pilihan ini membuatnya dianugerahi hadiah Nobel perdamaian tahun 1964. Dan ia menjadi penerima hadiah Nobel termuda dalam sejarah.

Sayang, banyak kalangannya yang terlampau tak sabar, dan lebih tertarik dengan kekerasan yang sepintas tampak seakan menjanjikan perubahan cepat. Padahal Martin Luther King membuktikan, gerakan kekerasan tak membawa hasil. Hanya gerakan tanpa kekerasan yang membuahkan hasil nyata dan langgeng. Kendati perjuangannya pun makan waktu lama.

"Jalankan terus gerakan ini. Gulirkan terus gerakan ini. Terlepas dari semua kesulitan yang harus dihadapi, dan kita akan menghadapi kesulitan lain lagi. Datanglah terus. Bergeraklah terus. Jika engkau tak bisa terbang, berlarilah. Jika engkau tak bisa berlari, berjalanlah. Jika tak mampu berjalan, merangkaklah. Yang penting, dengan segala cara, teruslah bergerak." (gg)