1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Persaingan Kandidat Ancam Kemenangan Partai Demokrat di Pemilu AS

2 April 2008

Duel Barack Obama melawan Hillary Clinton dalam kampanye perebutan kandidat presiden AS dari kubu Demokrat, merupakan sasaran empuk pemberitaan media. Namun, duel ini perlahan-lahan membebani Partai Demokrat.

https://p.dw.com/p/DZCA
Hillary Rodham Clinton (kiri) dan Barack ObamaFoto: AP

Tumpuan harapan kandidat berkulit hitam melawan bekas ibu negara. Duel Barack Obama versus Hillary Clinton merupakan sasaran empuk bagi media. Partai Demokrat yang masih harus menentukan calon presidennya dalam pertarungan yang telah berlangsung berbulan-bulan, memastikan dirinya sebagai pusat perhatian warga Amerika. Tapi kenyataan ini tampaknya akan berubah cepat, pasalnya Partai Republik telah menetapkan John McCain sebagai kandidatnya. Ini merupakan ancaman bagi Partai Demokrat.

"Kalian tenanglah", demikian dikatakan mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dari kubu Demokrat kepada rekan-rekan separtainya belakangan ini yang merasa khawatir bahwa Partai Demokrat akan menjadi lemah akibat persaingan antara calon presiden Barack Obama dan Hillary Clinton. Ketakutan juga mencekam para Demokrat bahwa warga akan berbondong-bondong berpaling kepada kandidat solo John McCain. Bill Clinton menenangkan rekannya dengan mengatakan, mereka akan menang jika semua orang tenang dan membiarkan yang lain berbicara.

Bill Clinton ingin kembali ke Gedung Putih mendampingi isterinya. Tapi, Barak Obama mengantongi 130 suara lebih banyak dalam pengumpulan suara Partai Demokrat dan bertekad untuk menjadi presiden.

"Saya tidak mencalonkan diri sebagai wakil presiden, melainkan hanya sebagai presiden AS."

Hillary hendak memperkecil secara nyata perbedaan jumlah pengumpulan suara dalam pemilihan awal kandidat DDemokrat di negara bagian Pennsylvania. Selain itu pada penentuan kandidat dalam musyawarah partai, dia juga ingin mengungguli Obama melalui bantuan yang dinamakan 'delegasi istimewa' yang dikenal dekat dengan Clinton dan punya hak istimewa dan menentukan di partai.

Bill Clinton termasuk salah seorang delegasi itu. Tetapi Hillary menyadari, semakin banyak rekan separtainya bosan dengan duel yang berlanjut antara kubu Obama dan Clinton. Sebelumnya kata-kata keras dilancarkan untuk melemahkan saingan. Hillary Clinton sempat menuduh Obama hanya berbicara saja dan tidak melakukan yang dikatakannya.

"Ada perbedaan yang besar antara berbicara dan bertindak."

Kini Hillary bahkan mengutarakan bahwa mungkin sebaiknya pemilihan awal ini diakhiri saja. Namun, seorang semacam Hillary bukanlah tipe yang menyerah begitu saja. Menurut komisi pemilu Amerika Serikat, Hillary punya utang 8, 7 juta Dollar dan bahkan tidak mampu membayar asuransi kesehatan untuk pegawainya. Padahal tema utama kampanyenya adalah asuransi kesehatan bagi semua warga. Tapi apa pun yang terjadi, Clinton berharap dapat mengalahkan Obama pada penentuan kandidat dalam musyawarah partai yang berlangsung sembilan minggu sebelum pemilu presiden di AS.

Sebuah mimpi buruk bagi banyak anggota Demokrat, terutama untuk Ketua DPR Amerika dari Partai Demokrat, Nancy Pelosi. Dia mengutarakan, semakin cepat Demokrat menentukan kandidat, semakin banyak peluang untuk berhasil dalam pemilu. Selain itu Pelosi berpendapat bahwa John McCain jangan dibiarkan sendiri hanya karena kedua kandidat Partai Demokrat sibuk bersaing. Sementara pemimpin Partai Demokrat Howard Dean mengatakan:

"Kita hanya dapat dikalahkan jika membiarkan diri kita terpecah. Oleh sebab itu pihak yang kalah dalam pemilihan awal harus merasa diperlakukan secara adil."

Namun, baik Howard Dean maupun Nancy Pelosi yang disegani semua pihak, tidak punya gagasan yang dapat diambil sebagai patokan untuk memecahkan dilema yang dihadapi Partai Demokrat saat ini. Yang diperlukan adalah sebuah penyelesaian yang tidak menganak-emaskan seorang kandidat dan tidak menghancurkan kesatuan partai dan memecah-belahkan Amerika. (cs)