1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dilema Delegasi Istimewa dalam Pemilu AS

Bergmann, Christina (DW Washington) 12 Maret 2008

Persaingan ketat antar Clinton dan Obama untuk menjadi calon tunggal kubu Demokrat tetap berlangsung. Kemungkinan besar, keputusan terakhir berada di tangan para delegasi istimewa.

https://p.dw.com/p/DNMQ
Hillary Clinton (kiri) dan Barack Obama (kanan), bersaing untuk menjadi calon tunggal kubu DemokratFoto: AP

Semuanya berawal dengan persaingan tak jelas untuk merebut posisi pertama dalam pemilihan awal di negara-negara bagian Amerika Serikat. Michigan dan Florida menjadwalkan pemilihan sebelum Super Tuesday - dan dengan demikian melanggar peraturan intern partai. Partai Demokrat kontan menjatuhkan sanksi: delegasi dari kedua negara bagian itu kehilangan hak pilihnya dalam sidang partai untuk menominasi calon dari kubu Demokrat.

Ini adalah kesalahan pertama yang dilakukan Partai Demokrat. Sebaliknya, kubu Republik menetapkan solusi yang lebih cerdas: mereka mengurangi jumlah delegasi yang berhak memilih di negara bagian itu menjadi setengahnya. Dengan begitu, calon Partai Republik dapat menggelar kampanye pemilu, sementara para pemilih merasa, suara mereka tetaplah diperhitungkan.

Walau Partai Demokrat menjatuhkan hukuman yang cukup drastis, Michigan dan Florida tetap menggelar pemilihan awal sebelum Super-Tuesday. Dan ini adalah kesalahan yang kedua. Mereka menginginkan pemilihan serupa kontes kecantikan yang menarik perhatian masyarakat luas, daripada pemungutan suara yang sah, tapi dengan pemenang yang sudah pasti. Calon Partai Demokrat sepakat untuk tidak berkampanye di Florida dan Michigan. Barack Obama dan John Edwards bahkan tidak mencantumkan nama mereka di surat suara di Michigan.

Para pemilih pun protes, mereka tidak pergi ke tempat pemungutan suara atau mencoret "netral" pada surat suara. Hillary Clinton bersikap curang dengan merayakan kemenangan telak di kedua negara bagian itu. Clinton berjanji, ia akan mengupayakan agar suara delegasi Michigan dan Florida tetap diperhitungkan. Inilah yang sedang panas diperdebatkan kubu Demokrat. Ini merupakan kesalahan ketiga mereka.

Partai Demokrat mempertimbangkan untuk mengulang pemilihan atau membagi sama rata suara delegasi dari Michigan dan Florida, terlepas dari hasil pemilihan awal. Tapi, langkah ini akan membuat petinggi partai kehilangan kredibilitas. Mungkin saja dalam pemilihan awal berikutnya kembali terjadi pelanggaran terhadap peraturan intern partai. Dan para pemilih yang secara sadar abstain karena memahami arti sanksi yang dijatuhkan akibat pelanggaran tersebut akan merasa dibodoh-bodohi.

Solusi dilema ini terletak di tangan para delegasi istimewa, walau institusi ini sebenarnya kurang demokratis. Tapi, hanya merekalah yang dapat memberikan suara untuk melampaui batas 2.025 suara yang dibutuhkan untuk menjadi calon tunggal Partai Demokrat. Hanya saja, para delegasi istimewa harus berhati-hati agar mereka tidak membalikkan tren saat ini.

Saat ini, sikap penolakan antar pendukung Clinton dan Obama tumbuh subur. Menetapkan pihak yang kalah sebagai pemenang akan mengundang kritik lawan dan kemarahan para pemilih Partai Demokrat. Padahal, kubu Demokrat benar-benar tak boleh membuat kesalahan lagi. Karena sampai saat ini belum pasti, bahwa calon Partai Demokrat dapat mengalahkan John McCain dalam pemilu presiden Amerika Serikat, November mendatang. (zer)