1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Apa Perbedaan antara Obama dan Clinton?

12 Februari 2008

Pemilihan awal calon presiden AS, Selasa (12/02), berlangsung di Washington DC., serta di dua negara bagian, Virginia dan Maryland. Obama dan Clinton masih terus bertarung dalam maraton pemilihan awal tersebut.

https://p.dw.com/p/D6cX
Hillary Clinton dan Barack ObamaFoto: AP

Walaupun sejak beberapa minggu terakhir berita kampanye keduanya gencar dilakukan, namun masih banyak pemilih belum mengetahui dengan jelas, di mana letak persamaan maupun perbedaan perspektif politik Obama dan Clinton.

Hillary Clinton dan Barack Obama, dua calon kuat Partai Demokrat dalam pemilihan presiden tahun 2008 ini, tampaknya memiliki agenda politik yang hampir sama. Diperkirakan tiga poin saja yang dianggap berbeda.

Pertama, dalam hal kebijakan politik luar negeri. Dalam masalah perang Irak misalnya, kedua calon memiliki posisi yang berbeda. Walaupun saat ini baik Obama maupun Clinton menginginkan pasukan Amerika ditarik mundur secepatnya dari Irak, namun Obama lah yang sejak awal secara tegas menyatakan tidak setuju dengan perang Irak. Sedangkan Hillary Clinton dalam kedudukannya sebagai senator New York, dari awal turut menyetujui agenda pemerintah Bush dalam melakukan agresi militer ke Irak.

Perbedaan kedua, dalam hal kebijakan politik kesehatan. Obama menyatakan, program kesehatan yang dicanangkannya, 95% sama dengan yang diagendakan Hillary Clinton. Keduanya menginginkan supaya setiap warga Amerika Serikat memiliki asuransi kesehatan.

Walaupun demikian, dalam hal ini ada sedikit perbedaan. Kebijakan asuransi kesehatan Clinton diwajibkan untuk seluruh warga AS, tanpa pandang umur.

Sedangkan kewajiban asuransi kesehatan yang diagendakan Obama hanya terbatas untuk anak-anak. Lebih jauh, Obama mengemukakan alasan mengapa asuransi kesehatan di negaranya tidak optimal dan apa yang ia programkan untuk mengatasi masalah tersebut:

“Pendapat saya, yang menyebabkan warga tidak memiliki asuransi kesehatan adalah, karena mereka tidak mampu membayarnya. Oleh karena itu, penting sekali untuk menurunkan premi. Kalau kita memungkinkan biaya asuransi kesehatan yang bisa terjangkau maupun memberi subsidi untuk itu, maka mereka akan mampu membayar asuransi kesehatan.”

Berbeda dengan Obama, Hillary Clinton menegaskan, tanpa adanya kebijakan yang mewajibkan asuransi kesehatan untuk semua warga, maka jutaan warga Amerika akan terus berada di luar sistem. Alasannya, mereka tidak akan begitu saja secara sukarela membeli asuransi kesehatan, walaupun premi yang ditawarkan sudah lebih murah.

Perbedaan ketiga adalah persektif politik Obama dan Clinton dalam menghadapi krisis properti di Amerika Serikat. Sejak pertengahan 2007 lalu, rumah-rumah di Amerika Serikat banyak yang terpaksa dilelang, karena para pemiliknya tidak mampu lagi membayar jaminan dan bunga pinjaman. Bank-bank Amerika sering menawarkan pembeli dengan suku bunga awal yang rendah, tetapi untuk selanjutnya persentasi bunga yang harus dibayar terus naik.

Hillary Clinton menawarkan solusi pelelangan paksa properti tersebut sebagai berikut:

“Saya ingin menghentikan pelelangan paksa selama 90 hari, sehingga untuk sementara mereka bisa mendiami rumahnya. Dan saya ingin suku bunganya ditetapkan untuk jangka lima tahun.”

Obama percaya, pemecahan krisis properti ini hanya bisa dilakukan dengan pembekuan suku bunga dan biaya ditanggung bank. Dengan demikian, bisa dihindari adanya calon pembeli dengan suku bunga tinggi. Untuk programnya, Obama merencanakan pengadaan dana sebanyak 10 juta milyar Dollar yang akan digunakan untuk menghindari terjadinya pelelangan properti secara paksa.(ym)