1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Soeharto Tutup Usia

27 Januari 2008

Puluhan tahun Soeharto memimpin Indonesia dengan tangan besi menuju negara yang Modern. Selama itu pula ia melibas musuh-musuh politiknya. Perjalanan hidupnya berakhir pada Minggu pagi (27/01) pada usia 86 tahun.

https://p.dw.com/p/CyGM
Soeharto saat merayakan ulang tahun ke 86, 2 Juni 2007.Foto: AP

Mantan Presiden Soeharto menghembuskan nafas terakhir hari Minggu (27/01) setelah sakit berkepanjangan. Soeharto meninggal di rumah sakit pertamina, Jakarta, setelah mengalami koma dan menderita tidak berfungsinya beberapa organ tubuh.

Mardjo Soebiandono, kepala tim medis yang menangani Soeharto mengatakan dalam konferensi pers bahwa ia ‘wafat dengan tenang’ pada pukul 13.10 WIB. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan belasungkawa dan menetapkan tujuh hari berkabung nasional. Soeharto akan dimakamkan di Astana Giribangun dekat Solo di samping jenazah istrinya Siti Hartinah yang maninggal tahun 1996.

Soeharto dilarikan ke rumah sakit tanggal 4 Januari karena kesehatannya memburuk.Setelah situasinya makin kritis, kontroversi tentang proses pengadilan terhadap mantan pemimpin orde baru ini makin meluas.

Kebanyakan tokoh dan pimpinan politik Indonesia meminta agar Soeharto dimaafkan. Sambil menangis putri Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana berkata di hadapan wartawan, "Bapak telah kembali ke pangkuan Allah S.W.T. Semoga Dia memaafkan semua dosa-dosanya."

Dari dunia internasional, Menteri Luar Negeri Malaysia menyebut kematian Soeharto sebagai kehilangan yang luar biasa besar untuk kawasan Asia Tenggara.

Duta Besar AS, Camerone Hume menilai bekas orang nomer satu di Indonesia itu mewarisi pembangunan ekonomi dan sosial yang luar biasa. Sementara Perdana Menteri Australia, Kevin Rudd menyebut Soeharto memainkan peran vital di kawasan, terutama dalam gerakan Non-Blok dan pembentukan ASEAN.

Soeharto berhasil memimpin Indonesia memasuki zaman modern dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, angka pengangguran yang rendah, dan tentu saja, stabilitas politik yang terjamin.

Namun kisah suksesnya mensejahterakan rakyat dibarengi dengan prilaku kekuasaan yang brutal dan menakutkan. Tak terhitung banyaknya tuduhan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilontarkan kepada Soeharto, dari Timor Leste, Papua, Aceh dan dari musuh-musuh politiknya yang sebagian kini hidup di Luar Negeri.

Belum lagi tuduhan korupsi dalam skala besar yang diarahkan kepada keluarga Soeharto serta kroni-kroninya. September tahun lalu misalnya, jaksa agung Hendarman Supandji mengajukan gugatan perdata terhadap Soeharto dan yayasan Supersemar. Jumlah nilai gugatan mencapai 10 triliyun Rupiah.

Sejak kekuasaannya runtuh sepuluh tahun lalu "Jendral yang murah senyum" itu, sebutan yang gemar dilontarkan oleh media asing, mengurung diri lantaran alasan kesehatan di kediamannya di Jl. Cendana, Jakarta Pusat sampai ajal menjemputnya.

"Kematiannya adalah tragedi buat semua korban kejahatannya. Mereka tidak akan mendapatkan keadilan" tandas Budiman Soedjatmiko, bekas aktivis yang kini aktiv di Partai Rakyat Demokrat-Perjuangan.

Soeharto tidak pernah diminta pertanggung-jawabannya, keluh Budiman, "Malah ia dielu-elukan sebagai pahlawan," sembari menambahkan."Soeharto adalah penjahat yang sempurna."