1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertemuan G20 di Kyongju Sepakati Reformasi IMF

23 Oktober 2010

Pada pertemuan para menteri dan direktur bank sentral kelompok G20 di Korea Selatan disepakati reformasi Dana Moneter Internasional IMF. Direktur IMF Strauss-Kahn menyebut terobosan itu sebagai sebuah "hasil impian."

https://p.dw.com/p/PlrQ
Direktur IMF Dominique Strauss-Kahn (tengah)Foto: AP

Relasi kekuatan pada Dana Moneter Internasional, IMF akan disusun kembali. Hal ini telah disepakati hari Sabtu (23/10) di Kyongju, Korea Selatan oleh para menteri keuangan dan direktur bank sentral kelompok G20 yang terdiri dari negara industri terkemuka dan berkembang, termasuk Indonesia. Jadi, terutama China serta India dengan perekonomiannya yang sedang booming dan juga sejumlah negara berkembang dengan ekonomi dinamis, akan mendapat pengaruh yang lebih besar di IMF. Sementara negara-negara tertentu menyerahkan kembali sebagian kekuatannya.

Secara keseluruhan, porsi suara di IMF akan dialihkan ke arah negara ambang industri sebesar enam persen. Ini berarti negara industri "tua" dari Eropa yang porsi kekuatannya dianggap terlalu besar, di antaranya Jerman, harus memberikan sebagian hak suaranya. Dengan begitu China akan mengambil alih posisi nomor tiga dari Jerman dalam andilnya di IMF.

G20 Finanzministertreffen in Südkorea
Menkeu Korsel Yoon Jeung-hyun, (kanan) dan Menkeu AS Timothy GeithnerFoto: AP

Menkeu AS ingin pembatasan surplus dan defisit

Sebelumnya pada hari pertama pertemuan (22/10), Menteri Keuangan AS, Timoty Geithner mendesak agar menetapkan batas surplus dan defisit perdagangan. Desakan ini terutama ditujukan kepada negara pengekspor terkuat, seperti Jerman, China atau Jepang. Penolakan tegas terdengar tidak hanya dari kubu Jerman, tetapi juga Jepang. Menteri Keuangan Jepang, Yoshihiko Noda:"Kami akan membicarakan hal itu - tetapi penentuan target berbentuk angka tidak realistis." Pertikaian memang sudah sejak lama terdengar antara AS yang secara tradisi adalah negara pengimpor dengan negara berorientasi ekspor.

Sementara itu, Direktur IMF Dominique Strauss-Kahn memuji kesepakatan di Kyongju sebagai "reformasi yang hingga kini merupakan terbesar" dalam sejarah organisasi keuangan internasional terpenting itu. Mengingat perdebatan sengit seputar reformasi IMF telah berlangsung begitu lamanya, banyak pakar ekonomi tidak memperkirakan akan muncul kesepakatan cepat seperti yang dicetuskan di Korea Selatan itu.

Eropa akan serahkan dua kursi

Namun, kesepakatan itu masih harus disetujui oleh Dewan Pengawas IMF pada sidang bulan November mendatang. Selain mengenai kesepakatan peningkatan hak suara negara ambang industri, juga akan dibicarakan mengenai wewenang IMF untuk mengontrol kebijakan ekonomi negara anggota. Reformasi itu diharapkan diberlakukan tahun 2011.

Bulan Oktober lalu, Eropa menyatakan bersedia untuk menyerahkan dua kursi mereka di dewan IMF. Jadi, dewan akan terdiri dari sepuluh negara, yaitu di samping AS, Jepang, Jerman, Perancis, Inggris dan Italia, terdapat kelompok negara "BRIC", Brasil, Rusia, India dan China.

Südkorea Treffen der G20 Finanzminister
Foto: AP

AS pertahankan hak vetonya

Sedangkan Amerika Serikat masih tetap memiliki hak semacam veto dalam keputusan-keputusan penting IMF. Bagi keputusan penting masih diperlukan 85 persen suara mayoritas. Karena AS ke depan masih tetap memiliki 17, 67 persen suara, maka negeri itu pada kenyataannya dapat memblokir keputusan penting itu.

Presiden Korea Selatan, Lee Myung Bak yang menjadi tuan rumah pertemuan, menyebut bahwa reformasi IMF sangat diperlukan. Para delegasi pertemuan dua hari yang dimulai hari Jumat ( 22/10) mempersiapkan pertemuan puncak G20 yang akan digelar tanggal 11 dan 12 November mendatang di Seoul, ibukota Korea Selatan. Dana Monter Internasional, IMF yang dibentuk tahun 1944 beranggotakan 187 negara. Badan ini mengontrol sistem keuangan internasional untuk dapat membantu pemerintahan yang mengalami masalah finansial atau terancam bangkrut.

IMF memberikan kredit bagi negara anggotanya dengan persyaratan untuk menyehatkan anggarannya. Kredit tersebut dibiayai oleh simpanan dana negara anggota. Jadi, hak suara di IMF tergantung pada kontribusi negara anggota. Negara-negara industri karena itu memiliki suara mayoritas di dewan IMF. Bagian AS sekitar 17 persen, Jepang 6, 5 persen, Jerman 6, 1 persen, sementara Perancis dan Inggris masing-masing 4, 5 persen.

Christa Saloh/rtr,dpa

Editor: Marjory Linardy