1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Satu Tahun Pembunuhan Marwa

1 Juli 2010

Pembunuhan Marwa El-Sherbini telah mengguncang Jerman serta memicu kecaman dari dunia Islam. Pembunuhan yang terjadi di ruang pengadilan kota Dresden ini mengundang perdebatan tentang keamanan di pengadilan Jerman.

https://p.dw.com/p/O7Zz
Foto pernikahan Marwa E-SherbiniFoto: picture-alliance/ dpa

Marwa E-Sherbini beserta suaminya, Elwy Ali Okaz, datang ke Eropa pada tahun 2004. Elwy Ali Okaz, ahli biologi molekuler, mendapat beasiswa dari Max-Planck Institut untuk menyelesaikan studi masternya di Dresden. Sementara Marwa, seorang apoteker, kemudian bekerja di sebuah apotik.

Prozess wegen des Mordes an der Ägyterin Marwa El-Sherbini
Petugas keamanan menggiring Alex W ke ruang pengadilan, Oktober 2009Foto: DPA

Bencana bermula ketika pada bulan Agustus 2008, Marwa terlibat pertengkaran mulut dengan Alex W. di tempat bermain anak-anak. Kala itu, Alex W. memaki Marwa dengan ucapan islamistis dan teroris. Beberapa saksi yang melihat kejadian itu menelpon polisi. Dan kasus ini akhirnya sampai ke meja pengadilan. Alex W. menolak telah melakukan penghinaan. Namun dalam proses sidangpun Alex W. kerap melayangkan komentar bernada anti orang asing.

Keberanian Dibayar dengan Nyawa

Dalam sidang pengadilan banding pertama, 1 Juli 2009, Marwa yang sedang mengandung anak keduanya hadir sebagai saksi. Marwa datang di pengadilan Dresden didampingi suami dan anak pertama mereka, Mustafa. Saksi mata menuturkan, tiba-tiba dengan cepat terdakwa berjalan ke arah Marwa, lalu menghujamkan pisau yang dibawanya ke tubuh Marwa. Marwa El Sherbini tewas di tempat, di depan mata anaknya. Suaminya, Elwy Ali Okaz, yang berusaha untuk menolong Marwa, turut pula menjadi korban penikaman, terbaring di lantai berlumuran darah.

Proteste Ägypten Prozessauftakt ermorderte Ägypterin in Dresden
Demonstrasi di Aleksandria, kota kelahiran Marwa, mengecam sentimen anti Islam di JermanFoto: AP

Pembunuhan ini bukan saja memicu kemarahan di Jerman, melainkan juga kecaman internasional. Demonstrasi digelar di Iran dan di tanah kelahiran Marwa, Mesir. Pembunuhan terhadap Marwa ini juga memicu perdebatan mengenai sistem keamanan di pengadilan Jerman. Keluarga korban juga menuduh, aparat pengadilan turut bertanggung jawab atas peristiwa ini, karena lemahnya pengamanan.

Peringatan

Empat bulan setelah aksinya, Alex W. divonis hukuman seumur hidup. Dalam putusannya, hakim menyatakan, Alex W. telah melakukan tindak kejahatan berat. Dengan vonis yang dijatuhkan kepadanya, mustahil bagi pria berusia 29 tahun ini untuk dapat bebas setelah 15 tahun menyelesaikan masa hukuman..

Flash-Galerie Jahresrückblick 2009 Juli
Karangan bunga yang diletakkan warga di depan kantor walikota Dresden, Juli 2009Foto: picture-alliance/ dpa

Kini Elwy Ali Okaz, serta Mustafa, hidup di Inggis, bekerja sebagai peneliti di sebuah universitas. „Ia baik-baik saja,“ dikatakan seorang mantan rekan kerjanya di Dresden, yang masih menjalin kontak dengan pria berusia 32 tahun ini. Okaz mendapat gelar doktornya di Dresden. Tapi sejak proses pengadilan selesai, Okaz berusaha menghindari kota Dresden. Upacara peringatan satu tahun pembunuhan Marwa juga dilaksanakan tanpa kehadiran Okaz.

Di ruang depan gedung pengadilan dipajang sebuah plakat perunggu bertuliskan Bahasa Jerman dan Arab untuk mengenang kekerasan brutal di gedung ini. "Kita memiliki kekuatan untuk melakukan segala kemungkinan untuk mencegah hal ini terulang kembali,“ dikatkan walikota Dresden Helma Orosz.

Arne Lichtenberg/Yuniman Farid

Editor: Ayu Purwaningsih