1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konflik Sri Lanka Sulit Dipecahkan Secara Damai

AS/dpa22 April 2009

Perdamaian diragukan akan tercipta, juga jika militer Sri Lanka berhasil menumpas pemberontak Macan Tamil Eelam.

https://p.dw.com/p/Hc7E

Situasi di Sri Lanka berkaitan dengan ofensif militernya terhadap pemberontak Tamil di timur laut negara itu dikomentari dalam tajuk sejumlah harian internasional.

Harian Inggris The Times yang terbit di London dalam tajuknya berkomentar :

Pemberontak Tamil di timur laut Sri Lanka sudah bersumpah akan bertempur hingga titik darah penghabisan. Sekarang militer Sri Lanka hanya memiliki dua pilihan. Yakni mengupayakan kemenangan militer secepatnya tanpa mengindahkan kerugian akan jatuhnya banyak korban jiwa. Atau mengarahkan ofensifnya untuk keberhasilan yang sama, namun menahan diri dengan tidak lagi menggembar-gemborkan operasinya. Dan seharusnya militer Sri Lanka memilih untuk menahan diri.

Harian liberal Austria Der Standard yang terbit di Wina berkomentar :

Apa yang akan terjadi setelah berakhirnya operasi militer, samasekali belum jelas. Sebab dengan kemenangan militer etnis Singhala itu, belum tentu tercipta perdamaian. Konflik etnis-religius yang pecah setelah kekuasaan kolonial Inggris hengkang dari Sri Lanka, yang telah berlangsung 60 tahun, akan tetap tidak dapat dituntaskan. Etnis Tamil yang beragama Hindu, tetap merasa dipinggirkan oleh etnis Singhala yang beragama Budha. Sebuah lahan subur yang dapat menumbuhkan dengan cepat kelompok pemberontak baru. Dan dengan itu jumlah korban tewas yang sudah mencapai 75.000 orang akan terus bertambah. Sekarang keputusannya berada di tangan pemerintah Sri Lanka. Jika mereka menepati janjinya, memberikan otonomi luas bagi etnis Tamil, berarti tertutup peluang bagi kelompok ekstrimis untuk mengobarkan perang saudara baru. Jika tidak, berarti pemerintan Sri Lanka melewatkan kesempatan emas.

Harian Jerman Frankfurter Rundschau yang terbit di Frankfurt berkomentar :

Ketakutan tanpa akhir berlanjut dengan sebuah akhir yang menakutkan. Setelah berkobar selama 25 tahun dan menelan 75.000 korban jiwa, perang saudara di Sri Lanka kelihatannya sudah mencapai tahapan akhir. Akan tetapi masih terdapat puluhan ribu warga sipil yang terjebak di kawasan pertempuran, dan dijadikan perisai hidup oleh pemberontak Tamil. Militer Sri Lanka juga melanjutkan aksi pemboman. Masyarakat internasional tidak dapat berbuat banyak, selain hanya meningkatkan tekanannya kepada kedua pihak, untuk mengizinkan sebanyak mungkin warga sipil keluasr dari kawasan pertempuran. Sebab konflik ini tidak dapat lagi dipecahkan dengan cara damai. Juga kemenangan militer hanyalah kemenangan semu. Sebab konflik akan tetap berkobar.

Tema lainnya yang juga menjadi tema komentar adalah reformasi politik dari presiden AS, Barack Obama. Harian liberal kiri Hungaria Nepzabadsag mengomentari pendekatan baru Obama terhadap konflik Timur Tengah dan sengketa atom Iran serta Korea Utara. Harian yang terbit di Budapest ini dalam tajuknya berkomentar :

Dimana-mana menghadang situasi sulit. Korea Utara menentang niat baik Obama, Iran juga sama saja. Dan boleh jadi bahwa kedua negara itu bekerjasama mengembangkan roket yang dapat dipasangi hulu ledak nuklir, yang akan menjadi realisasi dari mimpi paling buruk Israel. Perang di Afghanistan sudah jelas tidak akan dapat dimenangkan. Dan pemerintahan Netanjahu di Israel akan membatalkan semua kompromi dengan Palestina yang telah dicapai pemerintahan sebelumnya. Dan Palestina tetap terpecah belah seperti sebelumnya. Dalam momentum seperti ini, kita ibaratnya seperti kepiting yang berjalan mundur.