1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tragedi Situ Gintung: Diperlukan Manajemen Bencana

Ayu Purwaningsih27 Maret 2009

Tanggul Situ Gintung yang jebol menjadi peringatan kembali akan pentingnya manajemen bencana. Menurut warga setempat, tanda-tanda kerusakan tanggul Situ Gintung sebenarnya sudah dilaporkan warga sejak dua tahun lalu.

https://p.dw.com/p/HLHr
Petugas identifikasi mayat korban Situ GintungFoto: AP

Sebagian orang masih terlelap, kala air bah akibat jebolnya tanggul Situ Gintung, Tangerang, menghantam perumahan yang berada di sekitarnya. Hujan deras yang turun pada hari sebelumnya tak mampu lagi tertahan oleh tanggul yang dibuat pada zaman kolonial Belanda sekitar tahun 1930-an itu. Akibatnya ratusan rumah luluh lantak, banyaknya korban jiwa pun tak terelakan.

Menurut masyarakat setempat, tanda-tanda kerusakan tanggul Situ Gintung sebenarnya sudah dilaporkan warga sejak dua tahun lalu. Pada saat itu warga mengetahui bahwa bagian bawah pintu air telah tergerus air danau. Bahkan kerusakan tanggul sempat terjadi pada bulan November 2008 lalu, seperti dipaparkan direktur LSM Wahana Lingkungan Hidup, Walhi Jakarta, Slamet Daroyni:

“Seharusnya pemerintah setelah mendapatkan informasi dari warga, ditambah lagi kejadian November 2008 tersebut, pemerintah segera melakukan tindakan antisipasi yang komprehensif. Bila pemerintah tak ada biaya maka setidaknya membuat sistem peringatan dini di wilayah itu.”

Posisi bendungan memang berada di atas pemukiman warga. Meski Gintung merupakan waduk atau bendungan, banyak orang menyebutnya situ atau danau. Lokasi ini dikenal sebagai kawasan wisata. Yang cukup ironis, menurut Slamet Daroyni, Direktur Walhi Jakarta, sebenarnya pasca banjir tahun 2007 terdapat komitmen antara pamerindah daerah Jakarta, Banten dan Jawa Barat untuk memanfaatkan situ sebagai salah satu pengendali banjir. Namun kini yang terjadi malah petaka bagi warga di sekitar.

Di wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi terdapat hampir 200 situ. Namun ternyata tidak sampai 20 situ yang kondisinya baik. Selebihnya rusak, bahkan ada yang telah berubah wajah menjadi kompleks perumahan. Di Tangerang, hampir semua situ mengalami pendangkalan. Situ Gintung di Ciputat yang tanggulnya jebol Jumat dini hari (27/03)misalnya, luas danaunya menyusut dari semula 31 hektar menjadi tinggal sekitar 21 hektar akibat pendangkalan.

Tragedi yang telanjur terjadi di kawasan ini menurut Walhi menjadi peringatan mendesak dalam manajemen bencana:

"Harus dibuat skema komprehensif dengan membuat satu jalur penanggulan bencana, baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Yang lebih penting, ketika pemerintah sudah mengizinkan masyarakat tinggal di kawasan itu maka keselamatan masyarakat dari ancaman bencana menjadi tanggungjawab pemerintah. Tanggul tidak boleh jebol, dengan melihat volume air, baik di musim hujan maupun bukan musim hujan. Setelah selesai harus dibuat sistem penanggulangan bencana dan pembangunan yang pada tahapan rencana sampai evaluasi harus melibatkan masyarakat. Sehingga informasi apapun bisa sampai dengan sistematis dan bila terjadi sesuatu pemerintah bisa segera meresponnya.”(ap)