1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Zakat, Sumber Dana Utama Teroris

Ging Ginanjar9 Juli 2008

Dana kaum Muslimin yang diperuntukkan bagi kaum miskin itu ternyata disalah-gunakan para teroris.

https://p.dw.com/p/EZQP
Pengejaran kaum teroris di FilipinaFoto: AP

Kaum teroris di Asia Tenggara mulai kehilangan berbagai sumber dana tradisional mereka. Terutama karena keberhasilan berbagai pemerintahan dalam mengambil langkah untuk membasmi terorisme. Kabar baiknya, serangan-serangan teror jauh berkurang. Namun kabar buruknya, sebagian zakat dan sedekah umat Islam ternyata mengalir ke kalangan garis keras itu. Begitu antara lain yang disebutkan dalam laporan Pusat Riset Teorisme dan Kekerasan Politik Singapura. Disebutkan John Harrison salah satu pakar peneliti lembaga itu:

"Yang dilakukan kelompok-kelompok teroris itu bisa membentuk badan amil zakat sendiri untuk mengumpulkan dana. Dan lebih sering adalah menyusup ke badan-badan amil zakat yang ada, yang memungkinkan mereka menyalahgunakan dana sedekah umat. Selain itu, badan-badan zakat, juga lembaga-lembaga bisnis resmi mereka, digunakan agar mereka bisa bepergian secara leluasa, untuk menyalurkan dana ke berbagai tempat."

Penggalangan dana dalam cara informal seperti ini diutamakan sejak serangan teror 11 September. Sebelum itu, pendanaan bagi kegiatan terorisme lebih banyak datang lewat transfer bank, yang sebagian malah diinvestasikan di bursa saham, permata, logam mulia, bisnis asuransi dan berbagai instrumen keuangan lain. Namun sejak serangan Al Qaida di New York, lalu lintas keuangan jaringan teroris di lembaga-lembaga keuangan resmi ditutup dan dibekukan. Kembali John Harisson, dari Pusat Riset Terorisme Singapura.

"Zakat jadi prioritas utama pendanaan mereka. Karena uang dari zakat cukup mudah untuk dikumpulkan, disimpan, dialihkan, dan digunakan. Para pengelola zakat, berhak atas sebagian pendapatan dari zakat. Biasanya dalam bentuk tunai. Yang lalu disimpan di bank secara sah, atau disimpan dengan cara lain. Tiba waktunya nanti uang itu dibutuhkan oleh organisasi teror itu lalu diambil. Kemudian ada jaringan khusus, yang nantinya bisa mengalihkan dana itu, baik di lingkungan setempat maupun internasional, dan menyalurkan dana itu."

Selain zakat, sebagian kelompok teroris, seperti kelompok Abbu Sayyaf di Filipina, menggalang dana melalui pemerasan, penculikan, pembalakan liar. Ada juga yang memanfaatkan sarana penerbitan, pembajakan CD dan DVD, dan lain-lain. Namun pengumpulan dana dari zakat menjadi andalamn utama. Lebih dari 50 persen kebutuhan keseharian kaum teroris ternyata dicukupi dari dana yang sebetulnya diperuntukan bagi kaum miskin itu.

"Terutama karena ketika berasal dari sedekah, seringkali para pemberi sedekah tidak tahu kemana dan akan diapakan uang mereka. Bahwa badan zakat itu bisa saja sudah disusupi dan uang mereka diselewengkan. Dan tentu saja mereka melakukan kejahatan itu sedemikian rupa sehingga luar biasa sulit untuk dideteksi."

Dalam paparannya di sebuah konferensi yang sedang dilangsungkan di Manila Filipina, Pusat Riset Terorisme dan Kekerasan Politik Singapura memapar, besarnya dana yang masuk ke badan zakat luar biasa besar mengakibatkan operasi penggalangan dana jenis ini lebih sukar untuk ditindak. Lebih-lebih karena zakat dan sedekah merupakan kewajiban dalam agama Islam. Sehingga susah bagi pemerintah, di negara mayoritas muslim sekalipun, untuk terlalu jauh mencampuri dan mengatur urusan zakat. Padahal dana yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan kaum papa ini sekarang telah menjadi tulang punggung pembiayaan keseharian kaum teroris.