1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rasisme di Stadion Sepakbola

2 Juni 2008

Pelecehan berbau rasisme terhadap pemain sepakbola berkulit gelap semakin sering terdengar dari stadion-stadion di Eropa. Jelang Piala Eropa, Dewan Eropa mencanangkan program 'Semua Menentang Rasisme'.

https://p.dw.com/p/EBI1
Pemain Perancis Lilian ThuramFoto: AP

Lilian Thuram, pemain asal Perancis berkulit hitam mengatakan, yang menolong hanyalah pendidikan untuk lebih cerdas dalam menangani masalah rasisme. Tetapi di lapangan sepakbola sendiri juga juga bisa dilakukan sesuatu.

"Jika penonton di stadion meniru suara monyet, maka wasit harus mengambil suatu keputusan. Saat pertandingan berlangsung, ia mewakili masyarakat, ia adalah badan hukum di lapangan pertandingan. Semua yang terjadi disana bisa diintervensi oleh wasit."

Hal seperti ini tidak dilakukan dalam pertandingan di Metz Perancis 16 Februari tahun ini. Kapten FC Metz asal Marokko diteriaki penonton dengan seruan seperti 'negro kotor' dan 'monyet kotor' pada babak pertama pertandingan liga melawan Valenciennes. Di waktu istirahat Abdeslam Ouaddou kemudian berjalan ke tribun penonton untuk berbicara dengan penonton tersebut. Penggemar sepakbola itu kemudian dilaporkan ke polisi. Ia dihukum tiga bulan masa percobaan, tiga tahun larangan menonton di stadion, dan denda sebesar 2700 Euro. Ironisnya, Ouaddou malah memperoleh kartu kuning dari wasit karena meninggalkan lapangan pertandingan. Kisah ini dianggap Lilian Thuran sebagai kisah yang menyedihkan.

"Ouaddou mengalami pelecehan rasisme, ia ingin berbicara dengan orang itu, mencoba untuk mengerti. Wasit seharusnya membela Ouaddou, bukan memberikan kartu kuning. Usai pertandingan Ouaddou meminta maaf. Seakan-akan ia yang melakukan kesalahan. Pada Piala Eropa nanti, sangatlah penting bahwa para wasit tahu tugas mereka sesungguhnya."

Lilian Thuram termasuk dalam jajaran pemain tim nasional Perancis, saat mereka lolos ke babak final Piala Dunia lalu. Saat itu ada tujuh pemain kulit hitam dalam tim. Jumlah pemain kulit berwarna selalu menjadi polemik di Perancis. Dan ini tidak hanya dipermasalahkan oleh kelompok ekstrimis kanan saja. Padahal sejarah pemain kulit hitam di Perancis sudah lama. Tahun 1931, timnas Perancis sudah memiliki pemain berkulit hitam yang pertama. Sementara Inggris baru pada tahun 1979. Fakta ini membuat pemain-pemain berkulit hitam di Perancis terlibat dalam berbagai aksi yang menentang rasisme dalam sepakbola. Lilian Thuram misalnya mendirikan yayasan anti rasisme di Spanyol, negara klubnya saat ini FC Barcelona. Ia juga anggota Dewan Bagi Integrasi di Perancis. Ia tidak pernah menutup-nutupi pendapatnya tentang rasisme. Ia misalnya terang-terangan mengeritik Presiden Perancis Nicholas Sarkozy atas politik imigrasinya. Ada satu harapan Thuram bagi Piala Eropa yang akan berlangsung Sabtu depan nanti.

"Jangan lupa, kita semua adalah manusia. Kita harus berpikir bagaimana caranya kita bisa hidup bersama dan saling berbagi. Saya yakin bahwa dalam sepakbola ada lebih sedikit pelaku rasisme dibandingkan dalam sosial masyarakat yang lain. Dan ini lah yang sebenarnya sangat disayangkan." (vlz)